Tak tersadari oleh diriku waktu itu semakin dekat. Berjalan mendekatiku
kian hari kian dekat dan aku tidak bisa lari. Hanya diam dan menunggu dengan
senyum yang tak pernah pudar. Aku tidaklah takut untuk menghadapinya tapi aku
hanya cemas dan khawatir jika saja aku bukanlah wanita seperti yang
diharapkannya.
Sebentar lagi akan datang orang sholih yang akan meminangku.
Dia sangat sholih hingga membuatku tak berani untuk menatapnya. Sebentar lagi, ya
aku katakan sebentar lagi untuk mendamaikan hatiku yang masih perang antara ‘putih’
dan ‘hitam’. Kalaulah memang orang sholih itu jodohku, sungguh tiada terkira
alangkah bahagianya hatiku. Namun, jika Ia berkehendak lain maka aku hanya bisa
pasrah merelakan kepergiannya dengan orang lain. Satu kalimat untuk beliau: “Aku akan selalu merindu panjenengan”.
Sulit untuk mendeskripsikan rasa ini, rasaku pada orang itu.
Yang kutahu pasti, aku tengah mempersiapkan diri untuk pantas bersanding dengannya. Apalah aku ini, hanya orang biasa yang
tak pernah berhenti bermimpi untuk menjadi pantas
bila berinteraksi dengan siapa pun orang yang kutemui, pun dengan orang sholih
itu yang mampu menciptakan rasa rindu ini di hatiku. Semoga Ia senantiasa
menerangi langkahku, hamba yang naif.
Aku tak lagi mampu untuk berucap kepada orang sholih itu. Stuck. Doaku semoga aku bisa terjauh sementara
dari rasa ini, bukan untuk selamanya karena aku akan menyimpan rapi rasa ini
untuk kami sambut bersama dalam Ridho Nya. Amin