Sabtu, 23 Juni 2012

Curhat ABC. Buka Semangat Baru


Al Qur’an. Bisnis. Cinta (ABC).
Tiga kata penyemangatku saat ini dan entah sampai kapan. Semangat wae lah. Ketiga ranah ini aku rasa mampu memberi energi positif maha dahsyat dalam hidup. Membuat insting dan nalarku terasah dan tak pernah kering akan ide dan semangat untuk menapaki langkah kehidupan. Dulu zaman masih di bangku kuliah kata bisnis ngga ada dalam kamus penyemangatku, tapi belakangan ini entah dari mana kata ini berasal. Mungkin juga karena jejalan doktrin-doktrin  dari dosen-dosen luar biasaku selama di institut. Thanks banget buat bapak n ibu dosen deh pokoknya. Saat ini, saat kaki ini benar-benar menjejal kenyataan kerasnya hidup, tak urung bisnis memang harus muncul dalam kamus hidupku tanpa mencoret daftar Al Qur’an dan cinta yang selalu mengapit dan mendamaikan jiwa. J tanya kenapa?

Fiuh fiuh. Kalo ngebayangin setahun ke depan wedeew cukup berat juga tantangan menanti, tapi Insya Allah, aku bisa karena selalu ada Dia di sampingku. Dia yang tak pernah lalai, lengah, bahkan tertidur. Rentetan daftar agenda yang mau tak mau harus kulalui nanti membuat saraf-saraf otak ini always dalam posisi siaga puncak (emang ada ya? :D). Mulai dari status ku yang harus segera berganti di tahun yang akan datang ini menjadi salah satu dorongan hebat dari metamorfosis semua manhajku. Married. Upz !!

Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian. Sampe lekat tu peribahasa dari SD mpe besok kapan taun. Sim’an dulu 30 juz baru nikah. Masya Allah,,, bisa ngga ya? Kalo baca sih hayuk aja. Lah ini beda kasusnya. Masih kebayang dulu zaman masih di pesantren Kaligunting saat sima’an mbak-mbak takhassus yang mau diwisuda. Hem . . . hawa-hawane saat itu tegaaaang banget. Ikut mbatek nyima’ nya. He he, nah gimana ceritanya nanti kalo aku yg disima’, siapa coba yang mau mbantuin mbatek tegangnya? Bisa ngga ya? Bisa ngga bisa ngga. Harus bisa dong. Pokok men harus bisa!! Lulus prematur aja bisa. Ini al qur’annya udah bukan prematur lagi tapi udah masa – masa dewasa, mau kapan lagi kalau ngga sekarang-sekarang disima’nya? Ayo uum,,, kamu pasti bisa. Ada cinta yang setia mendampingimu. Cintanya, cintanya, dan cinta-Nya. J so,, whatever yang mau kamu lakuin, jangan lupa Alqur’an itu nafasmu. Chaiyo uum !!

Bisnis?? Kate siape kamu ngga bisa bisnis? Asal kamu yakin dan tekun, belajar dan terus belajar insya Allah entrepreneur sukses jadi predikat resmimu sebelum kamu berkepala 4 :D bukankah trial and error udah biasa jadi menu rutinmu? So,  Bisnis? Siapa takut?!
Hem . . . married sekian bulan lagi??? yakin ngga yakin sebenere. He he,,, masih bingung apa yang harus disipain. Ngga sembarangan ini agenda di roadmapku. Bener-bener harus perfect prosesnya. At least 98% semua berjalan dengan tuntas. Nervous banget udah kerasa dari sekarang. Allah, Engkau Penuntunku di saat terang maupun gelap. Tuntun Hamba ya Allah, tuntun kami, dan tuntun orang-orang yang kami sayangi menuju ridho Mu. Amin

ABC selalu di hati. Bismillah !!  

Minggu, 10 Juni 2012

Obrolan Ringan di Sore Hari


Sore itu, 9 Juni 2012 ada niatan untuk ambil jahitan mukena anak di salah seorang penjahit yang tak lain dan tak bukan adalah seorang ummi (bu nyai) pesantren-selanjutnya dipanggil ibuk. Entah kenapa, hari itu rasanya sungguh penat hari kerjaku di kantor. Hambar. Ingin segera pulang dan menyenandungkan kalamNya. Tapi,, karena sudah janji dengan kakak untuk segera ambil jahitan tanpa ba-bi-bu langsung meluncur ke ndalem ibuk. Sampai sana, ternyata ibuk nembe tindhak. Hem . . J (tahan . .  tahan emosinya, Ngga boleh marah)!! he

Hampir seperempat jam menunggu, tiba-tiba terdengar suara Gus Roja (bukan nama asli) yang pulang dari ngajar. Ya, aku pernah lihat beliau saat pertama kali dateng ke ndalem ibuk. Karena tahu kalau ibuk belum kondur, akhirnya ia memutuskan untuk berbincang sejenak denganku. Di luar perkiraan, Gus Roja ternyata orangnya ramah. Seperti udah kenal lama, beliau cerita panjang lebar mengenai masa lalu nya sambil menunggu ibuk kondur.

Bukan bermaksud apa-apa, hanya ingin berbagi hikmah dari obrolan ringan dengan Gus Roja sore itu.

“Insya Allah Rabu depan saya nikah, pangestune”
“Barokallah,,, nderek bingah Gus. Mugi lancar”

Ia bercerita tentang calon ngantennya yang ternyata adalah adik tingkat saya di madrasah Banat. Ia juga cerita tentang perjalanannya sebagai ‘musafir cinta’. Saat mendengar kisahnya itulah saya terharu dan menangis dalam hati. ngga tahu kenapa. Mungkin ada sekuel naskah yang kebetulan sama dengan skenario hidupku.

Kurang lebih setahun Gus Roja mengenal calonnya dan alhamdulillah diberi kelancaran bulan Rojab ini insya Allah akan akad.

“Sebenarnya ingin segera dihalalkan dari kemarin-kemarin karena entah kenapa dada ini terasa sakit” saya coba sowan ke abah, kata abah “Ya memang seperti itulah jika dua bani adam sudah saling mahabbah tapi tidak segera dihalalkan”.

Tapi ternyata ibuk menghendaki bulan Rajab untuk akad beliau. Dengan lapang hati, ia berucap sembari senyum tetap terulas di bibirnya  “Insya Allah ada berkah tersendri bagi orang yang mau birrul walidain”
Sekilas tampak olehku raut kebahagiaan penuh syukur dari Gus Roja yang 3 hari lagi akan melangsungkan akadnya.

Prinsipnya, menghormati kesucian wanita adalah bentuk ungkapan sayang yang tertinggi bagi wanita yang belum dihalalkan oleh agama. Jujur menahan rasa itu cukup berat. Aku mengangguk kecil mengiyakan pendapatnya.     

Sekilas tapi bermakna. Ia undur diri karena belum sujud. Thanks Gus udah berbagi hikmah dengan tamu asing seperti saya J

Barokalloh Gus, Barokallohu Lakuma