Sore itu, 9 Juni 2012 ada niatan untuk ambil jahitan mukena
anak di salah seorang penjahit yang tak lain dan tak bukan adalah seorang ummi
(bu nyai) pesantren-selanjutnya dipanggil ibuk. Entah kenapa, hari itu rasanya
sungguh penat hari kerjaku di kantor. Hambar. Ingin segera pulang dan
menyenandungkan kalamNya. Tapi,, karena sudah janji dengan kakak untuk segera
ambil jahitan tanpa ba-bi-bu langsung meluncur ke ndalem ibuk. Sampai sana,
ternyata ibuk nembe tindhak. Hem . . J
(tahan . . tahan emosinya, Ngga boleh
marah)!! he
Hampir seperempat jam menunggu, tiba-tiba terdengar suara Gus
Roja (bukan nama asli) yang pulang dari ngajar. Ya, aku pernah lihat beliau
saat pertama kali dateng ke ndalem ibuk. Karena tahu kalau ibuk belum kondur,
akhirnya ia memutuskan untuk berbincang sejenak denganku. Di luar perkiraan, Gus
Roja ternyata orangnya ramah. Seperti udah kenal lama, beliau cerita panjang
lebar mengenai masa lalu nya sambil menunggu ibuk kondur.
Bukan bermaksud apa-apa, hanya ingin berbagi hikmah dari
obrolan ringan dengan Gus Roja sore itu.
“Insya Allah Rabu depan saya nikah, pangestune”
“Barokallah,,, nderek bingah Gus. Mugi lancar”
Ia bercerita tentang calon ngantennya yang ternyata adalah
adik tingkat saya di madrasah Banat. Ia juga cerita tentang perjalanannya
sebagai ‘musafir cinta’. Saat mendengar kisahnya itulah saya terharu dan
menangis dalam hati. ngga tahu kenapa. Mungkin ada sekuel naskah yang kebetulan
sama dengan skenario hidupku.
Kurang lebih setahun Gus Roja mengenal calonnya dan
alhamdulillah diberi kelancaran bulan Rojab ini insya Allah akan akad.
“Sebenarnya ingin segera dihalalkan dari kemarin-kemarin
karena entah kenapa dada ini terasa sakit” saya coba sowan ke abah, kata abah
“Ya memang seperti itulah jika dua bani adam sudah saling mahabbah tapi tidak
segera dihalalkan”.
Tapi ternyata ibuk menghendaki bulan Rajab untuk akad
beliau. Dengan lapang hati, ia berucap sembari senyum tetap terulas di bibirnya
“Insya Allah ada berkah tersendri bagi
orang yang mau birrul walidain”
Sekilas tampak olehku raut kebahagiaan penuh syukur dari Gus
Roja yang 3 hari lagi akan melangsungkan akadnya.
Prinsipnya, menghormati kesucian wanita adalah bentuk
ungkapan sayang yang tertinggi bagi wanita yang belum dihalalkan oleh agama.
Jujur menahan rasa itu cukup berat. Aku mengangguk kecil mengiyakan
pendapatnya.
Sekilas tapi bermakna. Ia undur diri karena belum sujud.
Thanks Gus udah berbagi hikmah dengan tamu asing seperti saya J
Barokalloh Gus, Barokallohu Lakuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar