Minggu, 10 Juni 2012

Obrolan Ringan di Sore Hari


Sore itu, 9 Juni 2012 ada niatan untuk ambil jahitan mukena anak di salah seorang penjahit yang tak lain dan tak bukan adalah seorang ummi (bu nyai) pesantren-selanjutnya dipanggil ibuk. Entah kenapa, hari itu rasanya sungguh penat hari kerjaku di kantor. Hambar. Ingin segera pulang dan menyenandungkan kalamNya. Tapi,, karena sudah janji dengan kakak untuk segera ambil jahitan tanpa ba-bi-bu langsung meluncur ke ndalem ibuk. Sampai sana, ternyata ibuk nembe tindhak. Hem . . J (tahan . .  tahan emosinya, Ngga boleh marah)!! he

Hampir seperempat jam menunggu, tiba-tiba terdengar suara Gus Roja (bukan nama asli) yang pulang dari ngajar. Ya, aku pernah lihat beliau saat pertama kali dateng ke ndalem ibuk. Karena tahu kalau ibuk belum kondur, akhirnya ia memutuskan untuk berbincang sejenak denganku. Di luar perkiraan, Gus Roja ternyata orangnya ramah. Seperti udah kenal lama, beliau cerita panjang lebar mengenai masa lalu nya sambil menunggu ibuk kondur.

Bukan bermaksud apa-apa, hanya ingin berbagi hikmah dari obrolan ringan dengan Gus Roja sore itu.

“Insya Allah Rabu depan saya nikah, pangestune”
“Barokallah,,, nderek bingah Gus. Mugi lancar”

Ia bercerita tentang calon ngantennya yang ternyata adalah adik tingkat saya di madrasah Banat. Ia juga cerita tentang perjalanannya sebagai ‘musafir cinta’. Saat mendengar kisahnya itulah saya terharu dan menangis dalam hati. ngga tahu kenapa. Mungkin ada sekuel naskah yang kebetulan sama dengan skenario hidupku.

Kurang lebih setahun Gus Roja mengenal calonnya dan alhamdulillah diberi kelancaran bulan Rojab ini insya Allah akan akad.

“Sebenarnya ingin segera dihalalkan dari kemarin-kemarin karena entah kenapa dada ini terasa sakit” saya coba sowan ke abah, kata abah “Ya memang seperti itulah jika dua bani adam sudah saling mahabbah tapi tidak segera dihalalkan”.

Tapi ternyata ibuk menghendaki bulan Rajab untuk akad beliau. Dengan lapang hati, ia berucap sembari senyum tetap terulas di bibirnya  “Insya Allah ada berkah tersendri bagi orang yang mau birrul walidain”
Sekilas tampak olehku raut kebahagiaan penuh syukur dari Gus Roja yang 3 hari lagi akan melangsungkan akadnya.

Prinsipnya, menghormati kesucian wanita adalah bentuk ungkapan sayang yang tertinggi bagi wanita yang belum dihalalkan oleh agama. Jujur menahan rasa itu cukup berat. Aku mengangguk kecil mengiyakan pendapatnya.     

Sekilas tapi bermakna. Ia undur diri karena belum sujud. Thanks Gus udah berbagi hikmah dengan tamu asing seperti saya J

Barokalloh Gus, Barokallohu Lakuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar